Rabu, 02 Maret 2011

organisasi

Bab II
TEORI ORGANISASI KLASIK

Konsep-konsep tentang organisasi sebenarnya telah berkembang
mulai tahun 1800-an, dan dikenal sebagai teori
klasik (classical theory) atau kadan-kadang disebut juga teori tradisional. Gereja Katolik Roma
telah mempergunakan teori klasik hamper dua ribu tahun lamanya. Jadi, konsep-konsep
klasik dan penerapannya berkembang di banyak Negara dan dalam waktu yang sudah
cukup lama. Seperti yang di kenal dalam kerajaan Mesir, Cina dan kekaisaran
Romawi.
Para teoristik klasik menekankan pentingnya “rantai perintah”
dan penggunaan disiplin, aturan dan supervise ketat untuk mengubah
organisasi-organisasi agar beroprasi lebih efisien. Teori klasik memberikan
petunjuk “mekanistik” structural yang kaku, bukan kreativitas.
Teori klasik berkembang dalam tiga aliran : birokrasi, teori
administrasi; dan manajemen ilmiah. Semuanya di kembangkan sekitar tahun 1900 –
1950 oleh kelompok-kelompok penulis yang bekerja secara terpisah dan tidak
saling berhubungan. Sebagai contoh, Lyndall Urwick, salah satu penulis teori
administrasi.
Teori klasik mendefenisikan organisasi sebagai struktur hubungan, kekuasaan-kekuasaan,
tujuan-tujuan, peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi dan factor-faktor
lain yang terjadi bila orang-orang bekerja sama.
TEORI BIROKRASI
            Teori ini dikemukakan oleh Max Weber
dalam bukunya : The Protestant Ethic and
Spirit of Capitalism. Ia menulis juga buku-buku lain, antara lain adalah The Theory of Social and Econonmic
Organization.
            Kata birokrasi mula-mula berasak dari kata legal-rasional. Organisasi disebut rasional dalam hal penetapan
tujuan dan perancangan organisasi untuk mencapai tujuan tersebut; organisasi
itu legal karena wewenangnya berasal dari seperangkat aturan, prosedur dan
peranan yang di rumuskan secara jelas.
            Weber mengemukakan
karakterisitik-karakteristik birokrasi sebagai berikut :
1.      Pembagian Kerjayang jelas. Hendaknya sesuai dengan
kemampuan teknisnya
2.      Hirarki wewenang yang dirumuskan secara baik, dimana
ada pemisahan yang jelas antara tingkat-tingkat bawahan dan atasan, agar
koordininasi terjamin.
3.      Program Rasional dalam pencapaian tujuan organisasi.
Seleksi dan promosi bagi personalia organisasi didasarkan atas kecakapan
teknis, dan penididikan latihan serta persyaratan lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan dan pelaksanaan tugas.
4.      System Prosedur bagi penanganan situasi kerja. Perlu
adanya catatan tertulis demi kontinyuitas, keseragaman (uniformitas), dan untuk
maksud-makasud transaksi.
5.      System Aturan yang mencakup hak-hak dan
kewajiban-kewajiban posisi para pemegang jabatan.
6.      Hubungan-hubungan antar pribadi yang bersifat “impersonal”. Ada
pemisahan antara masalah-masalah pribadi dengan persoalan-persoalan resmi
(formal) organisasi.

Jadi birokrasi adalah sebuah model
organisasi normative, yang menekankan struktur dalam organisasi.

TEORI ADMINISTRASI
            Teori administrasi adalah bagian
kedua dari teori organisasi klasik. Seperti teori klasik lainnya, teori
administrasi juga berkembang sejak tahun 1900. Teori ini sebagian besar
dikembangkan Henri Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa, seperti Mooney dan
Reiley Amerika.

Henri Fayol
            Seja 1841 – 1925, seorang
industrialis dari Prancis, pada tahun 1916 telah menulis masalah-masalah tehnik
dan administrasi dalam bukunnya yang terkenal General and Industrial Management.
            Fayol menyatakan bahwa semua
kegiatan-kegiatan industrial dapat dibagi 6 kelompok :
1.      Kegiatan-kegiatan
teknikal (produksi, manufacturing, adaptasi).
2.      Kegiatan-kegiatan
komersial (pembelian, penjualan, pertukaran).
3.      Kegiatan
financial (pencarian suatu penggunaan optimum dari modal).
4.      Kegiatan-kegiatan
keamanan (perlindungan terhadap kekayaan dan personalia organisasi)
5.      Kegiatan-kegiatan
akutansi (penentuan persediaan, biaya, penyusunan neraca dan laporan rugi-laba,
statisik)
6.      Kegiatan-kegiatan
manajerial (perencanaan, pengorganisasian, pemberi perintah, pengkoordinasian
dan pengawasan)
Fayol mengemukakan dan membahas 14 kaidah manajemen yang
menjadi dasar perkembangan teori administrasi. Prinsip-prinsip dari Fayol
tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut :
1.      Pembagian kerja(division of work). Dengan adanya
pembagian kerja atau spesialisasi akan meningkatkan produktifitas, karena
seseorang dapat memusatkan diri pada ke
2.      Wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility).
Wewenang adalah hak untuk member perintah sesuai dengan kedudukannya.
Dibutuhkan sangsi yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan yang baik maupun yang
tidak (kurang baik).
3.      Displin (discipline). Ini membutuhkan (1)
atasan yang baik di seluruh tingkatan, (2) perjanjian kerja yang sedapat
mungkin dan bijaksana, (3) sanksi (hukuman) yang diterapkan dengan bijaksana.
4.      Kesatuan perintah (unity of command). Untuk mengurangi
kekacauan, kebingungan dan konflik, setiap saat herus menerima
perintah-perintah dari dan bertanggung jawab kepada hanya satu atasan.
5.      Kesatuan pengarahan (unity of direction). Suatu
organisasi efektif akan efektif bila anggota-anggotanya bekerja bersama
berdasarkan tujuan-tujuan yang sama.
6.      Mendahulukan kepentingan umum
daripada kepentingan pribadi (subordination of individual interest to general interest).
Kepentingan organisasi harus di jaga sebagai kepentingan tertinggi.
7.      Balas jasa (remuneration of personnel).
Pembayaran uoah/ gaji harus bijaksana, adil, tidak eksploatif dan sedapat
mungkin memuaskan keda belah pihak (perusahaan dan personalia) dan harus ada
penghargaan untuk pekerjaan yang bai. Macam-macam pembayaran bentuk pembayaran
balas jasa dapat didasarkan atas waktu, jabatan, tingkat keahlian, bonus,
pembagian laba, mauoun aspek-aspek bukan keuangan.
8.      Sentralisasi (centralization). Tingkat
keseimbangan ini tergantung pada karakter pribadi manajer, nilai-nilai yang
dipegang manajer, reliabilitas karyawan (bawahan), dan juga kondisi dunia usaha
(bisnis).
9.      Rantai saklar (scalar chain). Hubungan antara
tugas-tugas disusun atas dasar suatu hirarki dari atas ke bawah.
10.  Aturan (order).
Konsepsi Fayol menyatakan bahwa harus ada suatu tempat untuk setiap orang dan
setiap orang harus menduduki tempat yang memang seharusnya menjadi tempatnya.
11.  Keadilan (equity).
Keadilan juga berarti adanya kesamaan perlakuan dalam organisasi.
12.  Kelanggengan personalia (stability of tenure of personel). Oleh karena itu penting
adanya kelangsungan, keamanan dan kepastian kerja.
13.  Inisiatif (initiative).
Dalam setipa tugas harus ada kemungkinan untuk menunjukan inisiatif sendiri
dalam menyesaikan dan  mengerjakan
rencana di setiap tingat.
14.  Semangat korps (esprit
de corps). “persatuan adalah kekuatan”. Pelaksanaan operasiorganisasi yang baik perlu adanya kebanggaan, kesetian, dan rasa
memiliki dari para anggotanya.

URWICK DAN GULICK :
MOONEY DAN REILLY
            Selama tahun
1920 an dan 1930 an, sejumlah teoritisi lain terutama yang terlibat dalam
praktek-praktek manajemen dan konsultasi—mengemukakan pandangan-pandangan
mereka atas dasar konsep yang dinyatakan Fayol.
Dua diantaranya, Luther Gullick dan Lyndall Urwick, yang
tercermin didalam dua makalahnya A
Technical Problem dan The Function of
Administration, yang kemudian dimuat didalam buku Pappers on the Science of Administration.
Dalam makalah-makalah mereka, Gulick dan Urwick memerkenalkan
prinsip-prinsip yag berhubungan dengan pembagian
kerja, koordinasi, penciptaan departemen-departemen yang disusun atas dasar
“tujuan, proses, personalia dan tempat” dan penggunaan staf.
Di Amerika Serikat, James D. Mooney dan Allen Reilly dalam
tahun 1931 menulis dan menerbitkan buku mereka, Onward Industry, hanya kalau Weber melihat pembagian kerja sebagai
factor utama dalam organisasi, Mooney dan Reilly menyebut koordinasi sebagai
factor terpenting dalam perencanaan organisasi maupun bangun teori yang mereka
kemukakan. Mereka menekankan tiga prinsip organisasi yang mereka teliti dan
temukan telah dijalankan, antara lain :
1.      Prinsip
koordinasi. Organisasi-organisasi berjalan bila orang-orang sebagai anggota
mengkombinasikan usaha-usaha mereka untuk sutau tujuan tertentu. Asas dasar
prinsip ini, usaha-usaha tersebut harus dikoordinasikan agar tujuan bersama
tecapai.
2.      Prinsip scalar. Prinsip scalar, kadan-kadang disebut
prinsip hirarkis, berarti bahwa pembagian tugas atau kerja dilakukan atas dasar
derajat wewenang dan hubungan tanggung jawab.
3.      Prinsip fungsional.Istilah fungsionalisme dalam hal ini
berarti pembedaan diantara macam-macam tugas.

MANAJEMEN ILMIAH
Bagian ketiga dari teori klasik adalah manajemen ilmiah (Sciencetific Management). Manajemen ilmiah, yang
dikembangkan mulai sekitar tahun 1900 oleh Frederick Winslow Taylor, telah
dipergunakan cukup luas.
F. W. Taylor menuangkan gagasan-gagasannya dalam tiga juduk
makalah, yaitu shop management. The Pinciples of Scientific Management, dan
Testimony Before the Special House Committee, yang ditukisnya tahun 1900-an.
Ketiga maklah tersebut dirangkum didalam buku yang berjudul Scientific
Management. Sebagai hasilnya dia mengemukakan empat kaidah dasar manejemen yang
harus dilaksanakan dalam organisasi perusahaan, yaitu :
1.      Menggantikan
metoad-metoda kerja dalam praktek dengan berbagai metoda yang dikembangkan atas
dasar ilmu pengetahuan tentang kerja yang ilmiah dan benar.
2.      Mengadakan
seleksi, latihan-latihan dan pengembangan para karayawan secara ilmiah, agar
memungkinkan para karayawan bekerja sebaik-baiknya sesuai dengan
spesialisasinya.
3.      Pengembangan
ilmu tentang kerja serta seleksi, latihan dan perkembangan secara ilmiah harus
diintergrasikan. Sehingga para karyawan memperoleh kesempatan untuk mencapai
tingka tupah yang tinggi, sementara manajemen dapat menekan biaya produksi
menjadi rendah. Disamping itu perlu adanya pembagian kerja dan tanggung jawab
yang seimbang diantara semua karyawan maupun manejer. Hal ini perlu
menghindarkan adanya tugas yang seluruhnya dibebankan pada para karyawan.
4.      Untuk
mencapai manfaat manejmen ilmiah, perlu dikembangkan semangat dan mental para
karyawan melalui pendekatan antara karyawan dan manajer sebagai upaya
menimbulkan suasana kerja sama yang baik.
Secara ringkas, Taylor telah
mengidintifikasikankarakterisitik-karaktersitik manajemen ilmiah :
Science,
not rule of thumb
Harmony,
not discord
Cooperation,
not individualism.
Maximum
output, in place of rentricted output
The development of each mam to his gratest
efficiency and prosperity
TEORI KLASIK : ANATOMI ORGANISASI
FORMAL
Teori
organisasi klasik hampir sepenhnya menguraikan anatomi organisasi formal.
Sampai sekarang, hampir setiap buku manajemen selalu diawali dengan penjelasan
tentang para penulis tersebut dan lain-lainnya, yang menjadi pelopor
perkembangan teori organisasi klasik dapatlah diuraikan berikut ini.
Definisi Organisasi Formal
Empat
unsure pokok organisasi formal yang selalu muncuk dalam leteratur-literatur
manejemen adalah :
1.      System kegiatan
yang terkoordinisi, organisasi, dalam kenyataannya, selalu tersiri dari
bagian-bagian dan hubungan-hubungan. Bagian-bagian organisasi merupakan
kegiatan-kegiatan atau fungsi-fungsi yang dilaksanakan dan saling berhubungan.
2.      Kelompok orang.
Dibutuhkan adanya sekelompok orang yang melakasanakan kegiatan-kegiatan
organisasi.
3.      Kerja sama unut
mencapai tujuan. Organisasi tersusun atas dasar hubungan atasan dan bawahan.
Sehingga kekuasaan adalah suatu unsur organisasi formal yang harus ada.
Kepemimpinan mencerminkan kualitas orang yang tepat dalam usaha kerja sama
untuk mecapai tujuan.
Organisasi
formal adalah system kegiatanyang terkoordinasi dari sekelompok orang yang
bekerja bersama untuk mecapai tujuan di bawah kekuasaan dan kepemimpinan.
Dasar-dasar organisasi menurut teori
klasik.
Menurut
pengikut aliran teori organisasi klasik, adanya suatu organisasi atau
koordinasi bergantung pada empat kondisi pokok yang harus ada sebelum “kesatuan
kegiatan” (unity of action) itu mungkin terjadi. Kondisi-kondisi tersebut
adalah sebagai berikut :
1.      Kekuasaan – bisa
demokratis atau otokratis – hal ini bisa disebut sebagai sumber
pengorganisasian tertinggi. Sebagai contoh, dewan direktur dalam perusahaan,
para staf komandan dalam militer, para anggota senat di universitas dan
sebagainya.
2.      Salin melayani –yang merupakan legimitasi sosial pada
organisasi. Jadi organisasi timbul karena masyarakat merasakan manfaat positif
dari adanya organisasi tersebut.
3.      Doktrin –dalam arti yang sederhana, hal ini merupakan rumusan tujuan organisasi. Oleh
karena itu, kebijaksanaan, prosedur, peranan.
4.      Disiplin –diartikan sebagai perilaku yang ditentukan oleh pemerintah atau pengendalian
diri. Displin dapat diturunkan dari hal yang negative, yaiut paksaan, atau
positif, yaitu dari kesadaran tanggung jawab individu terhadap tujuan
organisasi.
Tiang dasar teori organisasi formal
1.      Pembagian kerja : tanpa ragu-ragu parah ahli teori organisasi
klasik menyebut pembagian kerja sebagai tiang dasar yang paling penting
diantara empat tiang dasar teori organisasi klasik. Pembagian kerja  (spesialisasi) seperti disebut bagianbagian
sebelumnya, merupakan alasan utama untuk koordinasi. Pertimbangan adanya
pembagian kerja adalah bahwa dengan mengembangakan pekerjaan-pekerjaan teknis
organisasi akan dicapai perbaikan hasil kerja, Pertumbuhan organiasasi yang
ditunjukan diatas adalah suatu cara klasik tentang bagaimana suatu perusahaan
dapat mengembangkan spesialisasi fungsi-fungsinya. Pendekatan untuk pembagian
kerja dalam teori organisasi klasik ini sering juga disebut departementasi, atau evolusi dan
devolusi fungsional.
2.      Proses scalar dan fungsional: proses ini adalah proses pertumbuhan
vertical dan horizontal organisasi. Proses scalar adalah mengenai perkembangan
rantai perintah yang menghasilkan pertambahan tingkat-tingkat pada struktur
organisasi. Proses ini ditunjukkan oleh gambar 2-2 berikut ini. Tahap I “A”
dianggap mempunyai tanggung jawab khusus pekerjaan 1, 2, 3, 4 dan 5. Pada tahap
II


“A” mendelagasikan tanggung jawab pekerjaan 1 dan 2 kepada
“B”, dan tanggung jawab pekerjaan 3, 4, dan 5 kepada “C”. kemudian tahap III
“C” mendelegasikan tanggung jawab pekerjaan 5 kepada “D”. kotak hitam
menunjukkan wewenang  dan tanggung jawab
terakhir yang tidak dapat didelegasikan. Jadi, pada tahap II dan III “A” tidak
mempunyai lagi tanggung jawab terhadap pekerjaan-pekerjaan khusus, tetapi dia masih harus mempertanggungjawabkan semuanya
kepada kekuasaan yang lebih tinggi yang memberikan tugas tersebut.
Proses fungsionaladalah cara organisasi untuk berkembang horizontal. Dinamika proses
fungsional adalah pembagian kerja.
Pada tahap I. “A” adalah pengawas “B” yang bertanggung kawab
terhadap pekerjaan 1, 2, 3 dan 4. Dibawah kekuasaan “A” pada tahap II, tiga
pekerjaan “B” dibagi kedalam fungsi yang terpisah kepada “C”, “D” dan “E”
dengan tingkat yang sama.
3.      Struktur: struktur adalah hubungan antara
berbagai kegiatan berbeda yang dilaksanakan didalam suatu organisasi. Tujuan
struktur ialah menyediakan/ memberi wadah pada fungsi-fungsi organisasi, agar
tujuan organisasi tercapai dengan efektif.
Teori organisasi klasik menyatakan
bahwa organisasi mempunyai dua struktur dasar : lini dan staf. Organisasi lini
adalah berkaitan dengan rantai perintah utama yang dikembangakan langsung dari
fungsi-fungsi organisasi – produksi keuangan – dan distribusi barang atau jasa
(fungsi operasional). Organisasi staf berlaku sebagai penasihat dan berfunsi
sebagai penyedia fasilitas untuk lini.
4.      Rentang kendali (span of control). Konsep rentang kendali berhubungan
dengan berapa banyak seorang atasan dapat “mengendalikan” bawahan secara
efektif
Karena tidaklah mungkin seorang manejer melaksanakan banyak
funsi dan mencurahkan dirinya secara sama bagi tiap-tiap fungsi. Maka perlu
pembagian kerja dan rentang kendali yang efektif.

BAB III
TEORI ORGANISASI NEOKLASIK

Seperti terkandung dalam namanya,
teori klasik dikembangkan atas dasar teori klasik. Teori neoklasik merubah,
menambah dan dalam banyak hal memperluas teori klasik. Anggapan dasar teori
neoklasik adalah menekankan pentingnya aspek psikologis dan sosial karyawan
sebagai individu maupun sebagai bagian kelompok kerjanya. Atas dasar anggapan
ini teori neoklasik mendefenisikan suatu
irganisasi sebagai kelompok orang dengan tujuan bersama.
PERKEMBANGAN TEORI
NEOKLASIK
Sejak diperkenalkannya ilmu
pengetahuan tentang perilaku manusia. Dengan ilmu pengetahuan tersebut penganut
teori hubungan manusiawai menunjukkan bagaimana tiang dasar konsepsi klasik
sangat ditentukan oleh kegiatan manusia. Perkembangan teori neoklasik dimulai
deangan inspirasi percobaan-percobaan yang dilakukan di Hawthorne, serta
tulisan Hugo Munsterberg. Pendekatan neoklasik ditemukan juga didalam buku-buku
tentang hubungan manusiawi seperti Gardner dan Moore. Human Relation Industry dan sebgainya.
Hugo Munsterberg
Hugo Munsterberg menulis bukunya yang
paling menonjol, Pyschology and
Industrial Effeciency, pada tahun 1913. Dia mengembangakan metoda-metoda
tes psikologis ilmiah untuk mencari karakterisiti phisik dan mental individu
yang cocok dengan kebutuhan suatu jabatan, Munsterberg mengingatkan adanya
pengaruh factor-faktor sosial dan budaya terhadap organisasi
Percobaan-percobaan
Hawthorne
Walaupun teori neoklasik muncul
sebelumnya, tetapi percobaan-percobaan Hawthorne ini niscaya merupakan
kristalisasi teori neoklasik. Percobaan-percobaan dan hasilnya dilaporkan
secara terperinci oleh F.J. Roethlisberger, asisten riset Elton Mayo dan
William J. Dickson dan Western Electric.
Peranan Elton Mayo yang
memperkenalkan pemikiran pentingnya factor manusia dalam organisasi tersebut
sangat besar pengaruhnya bagi perkembangan teori neoklasik. Ketertarikannya
pada factor manusia dalam organisasi tercermin dalam kedua bukunya, yaitu The Human Problems of Industrial
Civilization dan The Social Problems
of an Industrial Civilization. Percobaan ini terus dilakukan untuk
menemukan factor “misterius” yang mempengaruhi kenaikan produktivitas kerja.
Penemuan Hawthorne pertama ini menunjukkan bahwa ada variabel-variabel lain di
samping kondisi-kondisi kerja phisik yang mungkin mempengaruhi perilaku karyawan
dan tingkat keluaran.
Percobaan kedua dimulai pada bulan
april tahun 1927. Percobaan ini melibatkan kelompok kecil pekerja, yang terdiri
dari enam orang gadis pekerja pada perakitan listrik. Para pelaksana riset
memisahkan keenam gadis itu dari para pekerja lainnya, mereka dipekerjakan
disuatu ruangan khusus (Ruangan Uji Perakit Berantai). Setelah periode beberapa
tahun percobaan dilanjutkan dengan perubahan-perubahan tersebut, ternyata
produktivitas tetap naik. Noral pekerja yang tinggi akan menaikkan
produktivitas, kemudian timbul pertanyaan bagaimana cara untuk meningkatkan
moral pekerja. Moral meningkat atau tidak tergantung seberapa besar perhatian
yang bersifat pribadi, individual dan simpati diberikan kepada karyawan plus
struktur sosial kelompok kerja. Bahkan factor-faktor sederhana, seperti siapa
yang duduk dekat seseorang karyawan, merupakan hal penting dalam organisasi.
Bulan November tahun 1931 percobaan
terakhir dimulai. Tujuan obsevasi ini adalah untuk lebih memahami bagaimana
norma-norma yang mengendalikan hasil kerja setiap organisasi dikembangkan oleh
kelompok sosial para pekerja atau organisasi informal.
Studi Hawthrone memperkenalkan
gagasan bahwa organisasi adalah suatu system terbuka dimana segmen-segmen
teknis dan manusiawi saling berkaitan erat. Akhirnya percobaan-percobaan
Hawthrone menunjukkan bagaimana kegiatan kelompok-kelompok kerja kohesif sangat
berpengaruh pada operasi organisasi.

KRITIK DAN “USUL”
PERUBAHAN NEOKLASIK PADA TIAN DASAR TEORI ORGANISASI FORMAL.
Kritik dan perubahan-perubahan yang
“diusulkan” oleh teori organisasi klasik dapat diuraikan berikut ini.
Pembagian Kerja
(Divison of Labor)
Sejak pembagian kerja dilakukan,
timbul masalah yang disebut anomie.
Anomie adalah situasi dimana pedoman kerja tidak ada (“lack of rule”) dan
disiplin diri menjadi berkurang (“lack of self-discipline). Disamping itu orang
menjadi bingung, takut bertanya dan merasa dirinya diabaikan (“alones among
many”). Ini mengakibatkan timbulnya gejala depersonalisasi dan dysfunction, sehingga orang
tidak lagi kooperatif.
Oleh karena itu teori neoklasik
mengemukan perlunya :
1.      Pastisipasi
atau melibatkan setiap orang dalam proses pengambilan keputusan, agar merasa
“terlibat” dengan pekerjaannya dan berkepentingan dalam perusahaan.
2.      Perluasan
kerja (job enlargement) sebagai kebalikan dari pola spesialisasi, agar orang
menjadi tidak terlalu spesialis tetapi dapat memperluas kemampuan dan keahlian
dalam bidang lain.
3.      Management
bottom-up yang member kesempatan kepada “para junior” untuk berpartisipasi
dalam pengambilan keputusan manejemen puncak. Teknik ini memperkenankan para
junior untuk melihat perusahaan dari pandangan manajer puncak dan bertindak
bukan sebagai spesialis satu kegiatan.
Proses-proses Skalar
dan Fungsional
Asumsi yang dipergunakan teori klasik
mengenai proses pendelegasian adalah bahwa kapasitas (kemampuan) individu sama dengan wewenang (memerintah dan menugaskan) fungsinya.
Kasus 1. Kapasitas lebih besar
daripada wewenang.
Pemecahan yang jelas adalah mempromosikan atau memindahkan pada fungsi yang
lebih sepadan dengan kemampuannya.
Kasus 2. Kapasitas lebih kecil
daripada wewenang.
Ada beberapa alternative dalam memecahkan kasus ini, termasuk demosi atau
pemecatan dalam keadaan ekstrim. Dapat juga dilakukan meningkatkan kapasitas
individu melalui pendidikan dan pelatihan (training).
Parah ahli klasik memperkenalkan hal
ini sebagai program rasional administrasi personalia. Menurut neoklasik proses
skalar dan fungsional ini secara teoritisadalah benar, tetapi cenderung
memburuk didalam prakteknya.
Struktur Organisasi
Teori neoklasik menyatakan bahwa
struktur merupakan penyebab terjadinya pergeseran-pergeseran (frictions), ini
terjadi terutama antara orang-orang staf. Menurut Melville Dalton penyebabnya adalah :
1.      Perbedaan
tugas antara orang lini dan staf; orang lini lebih teknis dan generalis, sedang
staf spesialis.
2.      Perbedaan
umur dan pendidikan; orang lini biasanya sudah cukup umur dan berpengalaman,
orang staf masih lebih mudah tetapi lebih berpendidikan.
3.      Perbedaan
sikap; dimana staf harus membuktikan eksistensi mereka, dan staf merasa selalu
dibawah perintah orang lini; di lain pihak orang lini selalu curiga bahwa orang
staf ingin memperluas kekuasaannya.
Untuk menghapus konflik structural tersebut,
neoklasik memberikan usulan rumusan yang akan membuat struktur menjadi
harmonis, yaitu partisipasi, manajemen bottom-up, panitia bersama, penghargaan
akan martabat manusia, dewan direktur junior diberi kesempatan dan komunikasi
yang kebih baik.
Rentang Kendali
Neoklasik menayatakan bahwa rentang
kendali atau rasio atasan-bawahan adalah tidak selalu 1 : 8 dan sebagainya.
Neoklasik menjawab pertanyaan mana yang lebih baik antara struktur tall dan
flat, dengan jawaban bahwa hal itu adalah situasional. Karena perbedaan
individu dan organisasi, kadang-kadang yang satu lebih baik daripada yang lain,
maka rentang kendali tidak dapat ditetapkan secara kaku.
PANDANGAN NEOKLASIK
TERHADAP ORGANISASI INFORMAL
Titik tekanan teori neoklasik adalah
pada dua elemen pokok dalam organisasi, yaitu perilaku individu dan kelompok
pekerja. Organisasi terdiri dari orang-orang yang bergabung menjadi suatu
kelompok dalam kerjanya. Organisasi informal berarti kelompok-kelompok alamiah
yang berbentuk sebagai hasil interaksi diantara para karyawan dalam situasi
kerja mereka.
Factor-faktor yang  dapat menentukan munculnya organisasi
informal, antara lain : (1) Lokasi :
untuk membentuk suatu kelompok, orang harus mempunyai kontak tatap muka
(face-to-face) yang ajeg. (2) Jenis pekerjaan : ini merupakan factor kunci yang menentukan munculnya dan komposisi organisasi
informal. (3) Minat (interest) :
walaupun orang-orang mungkin ada pada lokasi yang sama, melaksanakan kerja yang
sejenis, perbedaan minat diantara mereka menjelaskan mengapa muncul beberapa
organisasi informal yang kecil, di samping suatu yang besar. (4) Masalah-masalah khusus : dalam hal
ini, orang-orang tidak mempunyai minat, pekerjaan dan lokasi yang sama
bergabung bersama untuk kepentingan khusus.

BAB IV
TEORI ORGANISASI MODERN
Teori organisasi modern melihat semua
unsur organisasi sebagai satu kesatuan. Teori modern mengemukakan bahwa
organisasi bukanlah suatu system tertutup yang berkaitan dengan lingkungan yang
stabil, tetapi organisasi adalah suatu system terbuka yang harus – bila ingin
mempertahankan kelangsungan hidupnya – menyesuaikan diri dengan
perubahan-perubahan lingkungannya.
DASAR PEMIKIRAN TEORI
ORGANISASI MODERN
Teori modern dalam banyak hal yang mendasar berbeda dengan
teori klasik. Pertama, teori klasik memusatkan pandangannya oada analisa dan
deskripsi orgnaisasi. Teori modern , dengan tekanan pada perpaduan (synthesis)
dan perancangan (design), menyediakan pemenuhan suatu kebutuhan yang
menyeluruh.
Kedua, ilmu pengetahuan klasik telah membicarakan konsep
koordinasi, scalar dan vertical. Teori neoklasik, sebenarnya bukan teori,
mengubah teori kasik denga menekankan pentingnya aspek perilaku masnuisa dalam
organisasi. Disini dikemukakan pentingnya perencanaan, komunikasi, motivasi,
dan integrasi demi kesuksesannya operasi tujuan-tujuan organisasi.
Teori modern menyebtukan bahwa kerja suatu organisasi adalah
sangat kompleks, dinamis, multilevel, multidimensional, multivariable, dan
probabilistic. Sebagai suatu system, organisasi terdiri atas tiga unsur : (1)
unsure struktur yang bersifat makro, (2) unsur proses yang juga bersifat makro,
(3) unsur perilaku anggota organisasi yang bersifat makro.
Dengan analisa system, teori organisasi modern mencoba untuk
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang saling berhubungan, di mana hal
ini kurang ditekankan pada dua teori organisasi lainnya. Pertanyaan-pertanyaan
kunci tersebut diantaranya : (1) apa yang merupakan bagian-bagian strategis
system? (2) apa yang menyebabkan mereka saling bergantung? (3) proses-proses
inti apa dalam system yang menghubungkan bagian-bagian secara bersama, dan
memberikan penyesuaian satu dengan yang lain? (4) tujuan apa yang hendak
dicapai melalui system?
Teori System Umum
            Tujuan teori system umum adalah
penciptaan suatu ilmu pengetahuan organisasional universal dengan menggunakan
elemen-elemen dan proses-proses umum seluruh system sebagai titik awal.
            Ada beberapa
tingkatan system yang harus diintergrasikan. Kenneth Boulding mengemukakan
klasifikasi tingkat-tingkat system sebagai berikut :
1.      Struktur
static – yang merupakan tingkat rangka dasar, anatomi suatu system.
2.      System
dinamil sederhana – tingkat mesin jam, dengan gerak-gerak tertentu.
3.      System
sibernetik – tingkat thermostat, system bekerja untuk menjaga keseimbangan
melalui proses pengendalian diri.
4.      System
terbuka – tingkat pemeliharaan diri yang berkembang dan meliputi organism yang
hidup.
5.      System
genetika sosial – tingkat mobilitas yang ditunjukkan dengan adanya perilaku
yang diarahkan pada tujuan.
6.      System
hewani – tingkat mobilitas yang ditunjukkan dengan adanya perilaku yang
diarahkan pada tujuan.
7.      System
manusiawi – tingkat dengan symbol komunikasi dan interpretasi.
8.      System
sosial – tingkat organisasi manusia.
9.      System
transedental – tingkat terakhir dan absolute, merupakan struktur yang
sistematik tetapi tidak dapat diketahui hakekatnya.
Teori system umum membicarakan setiap
tingkatan system, sedangkan teori organisasi modern memusatkan diri terutama
pada tingkat organisasi manusia. Secara ringkas, kedua teori ini, teori
organisasi modern dan teori system umum, mempelajari :
1.      Bagian-bagian
(individu-individu) dalam keseluruhan dan pergerakan individu di dalam dan di
luar system
2.      Interaksi
individu-individu dengan lingkungan yang terjadi dalam system.
3.      Interaksi
di antara individu-individu dalam system
4.      Masalah-masalah
pertumbuhan dan stabilitas system.

Teori Organisasi Dalam Suatu Kerangka
Sistem
Barangkali yang
paling berguna dalam mempelajari system organisasi adalah usaha untuk memandang
organisasi sabagai suatu keseluruhan.

Teori organisasi modern adalah multidipliner yang konsep-konsep dan teknik-tekniknya
dikembangkan dari banyak bidang studi., seperti sosiologi, teori administrasi,
ekonomi, psikologi, ekologi, eperations research, dan banyak bidang-bidang
lainnya.

Bagian dasar pertama system adalah individu. Unsur utama kepribadian individu
adalah motif dan sikap yang dipengaruhi oleh harapannya untuk memperoleh
kepuasan melalui partisipasinya dalam organisasi.

PENDEKATAN-PENDEKATAN
MANAJEMEN
            Perkembangan
teori organisasi yang telah kita bahas dimuka, memberikan dasar munculnya
berbagai pendekatan manajemen yang berbeda-beda. Pemahaman akan teori-teori
organisasi tersebut memungkinkan kita dapat secara lebih baik mempelajari
bidang manajemen dan perilaku bidang manajemen dan perilaku
organisasional.pendekatan-pendekatan manajemen itu adalah,
pendekatan-pendekatan proses, perilaku, kuantitatif, system dan cintengency
(situasional).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar